Senin, 10 Januari 2011

Kisah Sadako Sasaki


Dan dari sebuah klinik kesehatan di Hiroshima, pernah terlantunkan kisah sedih seorang gadis kecil bernama Sadako Sasaki.

Sadako baru berusia 2 tahun ketika bom atom menghantam Hiroshima.  Sadako termasuk yang selamat, tetapi bertahun-tahun dia menderita leukemia akibat pengaruh radiasi bom atom yang jatuh di Hirosima pada 6 Agustus 1945.
Di klinik dimana Sadako dirawat, para jururawat memberinya harapan. Kata mereka, bila Sadako dapat membuat 1000 origami burung bangau, niscaya apapun keinginannya akan terkabul.

Sadako ingin sembuh dan bermain seperti anak-anak yang lain. Maka, dia rajin melipat origami untuk mewujudkan harapan itu. Tetapi  Jepang sudah hancur. Kertas origami susah didapat. Sadako terpaksa menggunakan kertas pembungkus obat, dan sering pula meminta-minta kertas dari pasien yang lain.
Ketika Sadako berusia 12 tahun, leukemia-nya sudah sangat parah sehingga dia tidak mampu melipat kertas lagi. Sadako Sasaki meninggal di pagi hari tanggal 25 Oktober 1955.  Gadis kecil itu melipat 644 origami di akhir hayatnya. Teman-temannya menggenapi origami itu menjadi 1000, dan menguburnya di pusara Sadako. 

Tak berhenti sampai di situ. Teman-teman Sadako juga mengumpulkan dana untuk membangun sebuah monumen peringatan untuk Sadako dan seluruh anak yang meninggal dunia karena efek bom atom. Pada tahun 1958 tepatnya di Hiroshima, sebuah monumen berbentuk patung Sadako sedang memegang bangau emas didirikan.

 Di monumen tersebut terdapat tulisan “This is our cry. This is our prayer. Peace in the world”
 ("Inilah jeritan kami. Inilah Doa kami. Damai lah di bumi").

*Penulis adalah pengamat politik dan budaya. Tinggal di Den Haag.
 
Sumber : http://static.rnw.nl/migratie/www.ranesi.nl/arsipaktua/asiapasifik/bom_atom_sadako_sasaki-redirected

Tidak ada komentar:

Posting Komentar